Henti jantung mendadak (sudden cardiac arrest) adalah salah satu gangguan jantung yang perlu diwaspadai. Pasien yang mengalami henti jantung mendadak perlu penanganan segera untuk mencegah hilangnya kesadaran dan kerusakan otak yang dapat menyebabkan kematian.
Penyebab henti jantung mendadak (sudden cardiac arrest)
Dilansir dari Mayo Clinic, penyebab henti jantung mendadak adalah irama jantung yang tidak normal (aritmia) yang terjadi ketika sistem elektrik jantung tidak bekerja dengan sempurna. Agar dapat mengalirkan darah ke seluruh tubuh, organ jantung memiliki sistem elektrik yang mengontrol laju dan irama detak jantung Anda.
Ketika ada masalah dengan irama jantung, jantung akan berdetak terlalu cepat, terlalu lambat atau tidak teratur. Seringkali gangguan irama jantung ini berlangsung singkat dan tidak berbahaya, namun pada beberapa kondisi hal ini dapat menyebabkan henti jantung mendadak.
Orang yang mengalami masalah jantung memiliki risiko lebih tinggi mengalami henti jantung mendadak. Beberapa masalah jantung tersebut antara lain:
- Penyakit arteri koroner. Sebagian besar kasus henti jantung mendadak dialami oleh orang yang memiliki masalah penyakit arteri koroner, yaitu kondisi kerusakan arteri akibat penyumbatan timbunan lemak atau kolesterol.
- Serangan jantung. Ketika serangan jantung terjadi, hal ini dapat memicu henti jantung mendadak dan fibrilasi ventrikel, yaitu salah satu jenis gangguan irama jantung. Serangan jantung juga dapat menimbulkan jaringan parut yang dapat mengganggu kelistrikan di irama jantung sehingga menyebabkan henti jantung mendadak.
- Pembesaran jantung (kardiomiopati). Kardiomiopati adalah kelainan dimana dinding otot jantung meregang, membesar atau menebal. Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan irama jantung sehingga meningkatkan risiko henti jantung mendadak.
- Penyakit katup jantung. Kebocoran atau penyempitan katup jantung dapat menyebabkan peregangan atau penebalan pada otot jantung. Ketika bilik jantung membesar atau melemah karena tekanan atau kebocoran pada katup, maka risiko gangguan irama jantung juga meningkat.
- Penyakit jantung bawaan. Anak yang mengalami henti jantung mendadak kemungkinan besar memiliki penyakit jantung bawaan sejak lahir. Demikian juga dengan orang dewasa yang mengalami operasi korektif untuk mengatasi kelainan jantung ini tetap berisiko mengalami henti jantung mendadak.
- Masalah kelistrikan di jantung. Pada beberapa kasus, henti jantung mendadak dapat terjadi bukan karena ada masalah pada katup dan otot jantung melainkan pada kelistrikan jantung itu sendiri. Kondisi ini dikenal dengan nama sindrom Brugada dan long QT syndrome.
Penanganan henti jantung mendadak (sudden cardiac arrest)
Henti jantung mendadak dapat menghentikan aliran darah ke organ-organ penting sehingga menyebabkan kerusakan dan menyebabkan kematian. Untuk mencegah kematian dan kerusakan yang lebih parah, perlu dilakukan tindakan CPR (cardiopulmonary resuscitation) atau resusitasi jantung paru dengan segera. Dengan CPR aliran darah ke organ vital di tubuh akan terjaga untuk sementara sambil menunggu bantuan medis.
Sedangkan untuk henti jantung mendadak yang disebabkan oleh gangguan irama jantung seperti fibrilasi ventrikel, maka penanganan yang paling utama adalah dengan melakukan defibrillasi, yaitu menggunakan alat defibrillator yang menggunakan kejutan listrik untuk mengembalikan irama jantung.
Kondisi henti jantung mendadak merupakan kondisi darurat yang butuh penanganan segera. Apabila Anda mendapati seseorang mengalami henti jantung mendadak sebaiknya segera cari bantuan medis untuk dilakukan CPR. Bagi pasien yang dapat bertahan dari henti jantung mendadak, dokter akan melakukan pemeriksaan dan membicarakan langkah-langkah pencegahan untuk mengurangi risiko serangan henti jantung mendadak di masa mendatang.
- dr Ayu Munawaroh, MKK